Cari Blog Ini

Senin, 13 Februari 2012

Jangan Karena Valentine’s Day, Amal Kita Lenyap!


 Muhammad Saad,*

ولا تعجبك أموالهم وأولادهم إنما يريد الله أن يعذبهم بها في الدنيا وتزهق أنفسهم وهم كافرون َ

MARAKNYA peringatan hari Valentine’ Day (disingkat V-Day) bukan monopoli masyarakat kota saja, kini  semua kalangan telah mengenal dan merayakannya.  Fenomena V-Day mentradisi seluruh dunia bersamaan dengan santernya arus globalisasi yang tak terbendungkan. Sebagaian masyarakat beranggapannya sebuah keniscayaan yang tidak perlu diteliti asal-usul dan dampaknya.  

Di sisi lain, pergaulan remaja semakin hari semakin tidak bisa dibatasi. Seks bebas (free sex) dan hidup serumah tanpa diikat tali pernikahan (semen leven) adalah pemandangan yang tidak tabu lagi. Mereka menganggap hal itu adalah sebuah kewajaran dalam hal percintaan. Dari sisi ini,  V-Day ikut memberi  sumbangsih yang signifikan dalam kerusakan moral remaja Muslim. Keberadaan V-Day  memberikan legalitas pada kemakshiatan dan ajaran khurafat mitologi.

Alih-alih sebagai alasan mengekspresikan rasa sayang pada momen tersebut, V-Day telah menjadi legalisasi perzinahan. Tak ayal, momen tiap 14 Februari ini menjadikan daerah-daerah wisata yang menyediakan tempat penginapan sebagai ajang lokalisasi sesaat.

Ironisnya, pemandangan yang memprihatinkan ini tidak mendapat perhatian khusus dari orangtua pada. Entah karena minimnya pengetahauan atau ketidak mau-tahuannya terhadap prilaku anak. Sehingga prilaku remaja seperti ini seoalah menjadi kewajaran di mata orangtua.

Data hasil survey KPAI, sebanyak 32 % remaja usia 14-18 tahun di kota-kota besar di Indonesia pernah berhubungan seks. [laporan KPAI: http://www.kpai.go.id/publikasi-mainmenu-33/beritakpai/119-32-persen-remaja-indonesia-pernah-berhubungan-seks.html].  Sungguh mencengangkan, Indonesia mayoritas pemeluk agama Islam yang mengahramkan perzinahan, malah memberikan kontribusi  nilai fantastis dalam kemaksiatan.

Derasnya arus media yang menyuguhkan informasi tentang hedonistis valentine, telah menjadikannya sebagai live style kehidupan masyarakat  modern saat ini. V-Day dijejalkan dalam otak anak-anak muslim, seakan-akan sebagai keharusan dalam mengekspresikan kasih-sayang.

Belum lagi peran artis yang beralih fungsi sebagai tauladan, menambah justifikasi keabsahan ritual perayaan V-Day. Benarlah kiranya bahwa diakhir zaman bid’ah akan menjadi ajaran, sedangkan agama akan sekedar hiburan. Tuntunan menjadi tontonan dan tontonan menjadi tuntunan. Sehingga apa yang dilakukan para artis seolah tuntunan yang wajib dilaksanakan.

Tasyabbuh dan Meniru-Niru

Selain melegalkan perzinahan,V-Day juga berdampak pada hal-hal yang prinsipil terhadap keyakinan muslim, seperti meniru prilaku budaya kuffar (tasyabbuh) yang menjerumuskan pada bagian kelompok mereka. 

Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) telah memagari umat dengan sabdanya, “Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk kaum tersebut.” (HR. Tirmidzi). Juga bersifat munafik karena menjadikan idola selain umat Islam (basyiral munafiqina bi anna lahum ‘adzaaban aalima. alladzina yattakhidzuna al-kafirina aulyaan min duni al-mukminin).  

Valentine’s bukan tradisi Islam yang didalamnya tidak dapat diambil ibrah sama sekali. Justru sebaliknya, perayaan V-Day hanya membawa mudharat  bagi moral dan aqidah generasi rabbany.

Gencarnya V-Day merupakan banyak kepentingan dibaliknya. Selain produk ‘baratisasi’, juga merupakan misi orientalis merubah cara pandang kaum Muslimin dari ajarannya.

“Misi Utama Kita bukanlah menjadikan kaum Muslimin beralih agama menjadi kristen atau yahudi, tapi cukuplah dengan menjauhkan mereka dari Islam....kita jadikan mereka sebagai generasi muda Islam yang jauh dari Islam, malas bekerja keras, suka berfoya-foya, senang dengan segala kemaksiatan, memburu kenikmatan hidup, dan orientasi hidupnya semata utk memuaskan hawa nafsunya..". Ucapan ini disampaikan Zwemmer, tokoh Yahudi di tahun 1935 dalam Konfrensi Missi di Yerusalem. 

Dalam al-Quran sudah jelas, Yahudi dan Nashara tidak pernah rela terhadap eksistensi Islam di kancah peradaban (Q.S. al-Baqarah:120). 

Jangan Pangku Tangan

Bagaimanapun, prilaku degradasi akidah dan akhlak remaja adalah tanggung jawab orangtua. Sebab baik-buruknya prilaku anak sebagaian besar dipengaruhi latar belakang keluarga. 

Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) menegaskan bahwa semua anak  terlahir dalam keadaan suci, kedua orangtuanya-lah yang menjadikan Yahudi, Nashra atau Majusi. 

Jika keluarga yang berbasic agama saja anak masih bisa lolos dalam peraturan, apalagi keluarga yang tidak memiliki tradisi beragama. Tentunya akan sangat mudah ditebak bagaimana prilaku anak tersebut.

Seharusnya orangtua pandai membaca situasi seperti ini. Siapa teman anak kita? kemana dia bermain? apa yang akan dilakukan jika Valentine's? Bukan malah terkesan membiarkan dan acuh pada fenomena yang terjadi. 

Sikap sensitive dan pro-aktif  seharusnya dilakukan sejak dini. Terutama melindungi anak dan remaja kita dari budaya-budaya pergaulan bebas dan dekonstruksi akidah yang tersembunyi dibalik perayaan seperti Valentine’s.

Kewajiban para orangtua bukan hanya memberikan nafkah materi semata. Namun lebih dari itu, orangtua dituntut untuk memproteksi diri  dan keluarganya dari hal-hal yang dapat menghatarkanya masuk dalam neraka.

Al-Quran mengatakan;


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Alloh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim [66] : 6). 

Jika orangtua tak melakukan atau mengabaikan masalah ini, Allah sudah jauh hari mengingatkan akan adanya fitnah.

وَاعْلَمُواْ أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللّهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ

“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” [QS. Al Anfar: 28]

Jika itu yang terjadi maka, kelak kita akan termasuk orang yang menurut Allah Subhanahu Wata’ala sebagai orangtua yang merugi  di akherat.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” [QS; Al Munafiqun: 9] 

Memberikan nafkah yang halal, memberi pendidikan yang layak (sesuai dengan ketentuan Syar’i) dan mengarahkan anak di jalan yang diridhohi Allah Subhanahu Wa ta’ala adalah cara kita agar menjadi orang yang tak merugi dari peringatan Allah.  Oleh karena itu yang terpenting dari semua adalah selain mendampinginya, juga mendoakan anak dan menyerahkan segalanya kepada-Nya.  

Mari kita jadikan tanggal 14 Februari atau peringatan apapun yang taka da perintahnya dalam budaya Islam sebagi bekal kita untuk mendidik dan menghantarkan anak-anak ke dalam naungan Islam.

Sekali lagi, mari lindungi anak-anak kita dari virus membahayakan dalam bentuk budaya asing, seperti V-Day. Jangan sampai kita kecele di kemudian hari. Kita mengira pahala yang kita kumpulkan selama ini di dunia telah cukup. Padahal, ketika kita menghadap Sang Khaliq, Allah mengabarkan bahwa semua pahala itu telah habis karena terhapus akibat kurangnya tanggung jawab kita sebagai orangtua kepada anak-anak kita.  Wallahu ‘A’lam bi shawwab.

*Penulis adalah Alumni PP. Aqdamul Ulama’ Pasuruan, Mahasiswa Tingkat Akhir Sekolah Tinggi Uluwiyyah Mojokerto